Hilang (Cerita Pendek)
Kalau aja aku tahu aku bakal mimpiin kamu malam itu, aku nggak akan bete malamnya gara-gara mikirin malas besok kerja.
Kalau aja aku tahu aku bakal mimpiin kamu malam itu, dari jam 9 malam aku udah nyoba untuk tidur dan aku nggak bakal stel alarm, biarin deh mau dimarahin bosku juga gara-gara terlambat.
Pas bangun rasanya langsung pengen Facetime kamu, nggak mau WA soalnya pengennya denger suara kamu sambil lihat senyum kamu yang selalu kamu tutupin pakai tangan kamu kalau lagi malu. Rasanya kalau dipikir-pikir, setiap ngebayangin kamu lagi malu, aku nggak pernah nggak senyam senyum sendiri. Tapi kita sama-sama tahu aku nggak bisa telfon kamu. Gapapa, aku sudah ikhlas kok, walaupun berat banget.
Sudah berapa bulan ya kamu pergi? Aku nggak ngitungin. Nggak deng, aku masih ingat persis kamu pergi 2 tahun yang lalu. 2 minggu setelah surprise-in aku ulang tahun. Hidup aku berantakan banget jadinya semenjak kepergian kamu. Andai aja aku nggak ngambil kerjaan di luar kota saat itu, kita kan jadinya nggak LDR, terus jadinya kamu nggak harus naik pesawat yang hilang di hari itu untuk pulang habis nyamperin aku di Malang. Aku bener-bener nggak pernah berhenti nyalahin diri aku semenjak hari itu. Andai aja saat itu begini.. Andai aja saat itu begitu.. Andai aja ini.. Andai aja itu.. Aku nggak akan capek dan berhenti ngucapin kata-kata itu sampai kata-kata itu nggak bermakna lagi.
Ya sudahlah, nggak baik juga nyeselin sesuatu yang sudah kejadian. Aku cuma kepingin bilang kalau aku kangen sama kamu. Aku nggak sabar ketemu kamu lagi di atas sana, dan kali ini tidak akan ada lagi batas sekecil apapun yang akan bisa memisahkan kita.
Lagian, aku nggak bisa ngelakuin apa-apa juga tentang ini. Mau cerita ke orang pun nggak akan bisa membuat patah hati ini membaik. Balasan mereka pun selalu sama, ‘Sabar ya. Gue tahu kok rasanya.’ Tapi mereka sebenarnya nggak tahu. Gak akan pernah tahu karena mereka nggak ada di posisi aku, yang ditinggal pacarnya meninggal saat lagi sayang-sayangnya.
Aku cuma bisa berharap kamu tenang di atas sana. Setiap sholat aku selalu doain kamu kok. Walaupun sholat-ku juga sering bolong-bolong, sih. Bahkan kadang aku nyelipin doa agar aku bisa secepatnya ketemu kamu lagi. Aku nggak bilang bagian itu ke orang-orang, apa lagi ke orang tua aku. Pasti aku habis diomelin.
Tapi, aku nggak peduli. Aku merasa sebagian diriku setiap malam perlahan ikut hilang sedikit demi sedikit, menyusul pergi ke tempat di mana pun kamu berada sekarang.